Kesadaran untuk memelihara persaudaraan serta menjauhkan diri dari perpecahan merupakan realisasi pengakuan bahwa pada hakekatnya kedudukan menusia adalah sama dihadapan Allah, sama kedudukannya ketika ia mengaku sebagai hamba kepada Allah SWT sesuai tugas dan pekerjaan masing-masing. Karena manusia di dunia ini tidak dapat hidup berdiri sendiri, tetapi perlu tunjang menunjang. Oleh karena itu hindarilah rasa dan sikap hidup yang hanya mementingkan kepentingan sendiri. Apabila manusia telah dihinggapi oleh rasa ingin hidup sendiri, rasa ingin untung sendiri, maka hilanglah sifat keutamaan manusia, apabila rasa ingin untung sendiri telah menguasai manusia, maka hilanglah sifat kebagusan manusia, dan tumbuhlah dengan suburnya kerusakan yang berkembang dalam hidupnya, sehingga mambuat manusia terkepung dalam runga lingkup yang sempit. Dan apabila telah demikian, maka dia tidak dapat melihat orang lain kecuali hanya sesuai selerah egonya sendiri atau melihat orang lain sesuai dengan keinginannya sendiri. Manakalah kita hendak mewujudkan persaudaraan agar tidak mengalami permusuhan, maka setiap kita perlu mengetahui apa saja kendala tegaknya ukhwah, agar kita tidak di hinggapi penyakit perpecahan.
Pertama. Meninggalkan tali agama Allah dalam arti tidak mau berpegang teguh kepada ajaran dan ketentuan-ketentuan Allah SWT berfirman
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai,”
Dengan demikian salah satu kendala utama yang membuat kaum muslimin berpecah belah adalah karena ada di antara muslim itu sendiri yang tidak mau istiqomah dalam mepertahankan nilai-nilai Akidah nilai-nilai Islam
Kedua, faktor yang menyebabkan rapuhnya persaudaraan adalah adanya perasaan dengki (susah melihat orang senang senang melihat orang susah), kedengkian membuat hati menjadi tertutup dari rasa kasih sayang serta keinginan untuk bersatu. Oleh karena itu kita harus menumbuhkan percaya dengan sesama muslim dan saling menghargai kemajuan dan perjuangan dari seorang muslim dan kita harus berkeyakinan apabila seorang muslim telah berjuang konsekwensuinya ia harus memelihara, memajuhkan, serta tidak menodai perjuangan-perjuangan yang dicapai juga tidak memanfaatkan kepercayaan yang diberikan untuk mendzolimi serta dapat mempertanggung jabwabkannya amanah atau kepercayaan yang diberikan Sehingga kepercayaan dari sesama muslim akan terus terbina. Memang sudah banyak bukti yang tidak menyenangkan hanya karena kedengkian yang begitu melekat di hati. Ber awal dari perasaan dengki itulah timbul suuzhan (buruk sangka) dan dari suudzhan itu mengarah kepada saling caci, lalu terjadilah pertikaian hingga rapulah ukhwah atau persaudaraan
Ketiga, yang menyebabkan rapuhnya ukhwah / persaudaraan adalah suudzhan atau prasangka buruk kepada sesama, dalam hidup ini, harta yang paling berharga adalah husnuzdhan atau prasangka baik atau berpikiran positif. Yaitu cara pandang cara pikir manusia dalam menghayati peristiwa-peristiwa keseharian secara positif warna hidup memang tergantung dari warna kaca mata yang kita pakai. Kalau kita memakai kaca mata hijau, segala sesuatu akan tanpak hijau. Hidup menjadi hijau dan segar. Tetapi kalau kita memakai kaca mata gelap, segala sesuatu akan tanpak gelap. Kacamata yang berparasangka benci akan menjadikan hidup kita penuh rasa curiga dan dendam. Tetapi kacama damai akan menjadikan hidup kita damai. Hidup akan menjadi baik kalau kita menmandangnya dari segi yang baik. Contoh seorang yang berpikiran positif, ketika anak-anak mencuri mangga di kebunnya. Ia tidak akan mengumpat. Malah ia merasa iba. Kasihan, anak-anak itu kurang mendapat pendidikan dan makanan yang cukup di rumahnya. Hakekatnya kalau kita berprasangka baik dan ramah terhadap seseorang maka orang itupun akan menjadi ramah terhadap kita, jika kita memperlakukan anak kita sebagai anak yang cerdas, akhirnya dia betul-betul menjadi cerdas, kalau kita menganggap tetangga kita judes sehingga kita tidak mau bergaul dengannya, maka akhirnya dia betul-betul menjadi judes, ciri orang yang berpikiran positif antara lain mensyukuri apa yang dimilikinya, dan bukannya berkeluh kesah tentang apa-apa yang tidak dipunyainya, karena rasa syukur ini, hidup akan bahagia dan ciri yang lain dari orang yang berpikiran positif adalah melihat masalah sebagai tantangan. Bandingkan dengan orang yang melihat masalah sebagai cobaan hidup nya akan menjadi paling sengsasara se dunia. Dan kalau masalah dianggap sebagai tantangan, maka ia akan tertarik untuk menyelesaikannya dengan tuntas. Dari segala permasalahan dia tidak bikin alasan untuk mengelak, tetapi ia langsung berinisiatif menyelasaikan masalah, dan apabila ia melalkukan kesalahan maka dia tidak berusaha mencari pembenaran atas kesalahan tersebut, tetapi langsung meminta maaf dan melakukan perbaikan. Dan orang yang berpikiran negatif yaitu selalu melihat sesorang dari sisi negatif selalu mencari kesalahan-kesalahn orang lain, maka yang demikian itu akan mengakibatkan keretakan hubungan silaturahmi atau cikal dari keretakan ukhwah islamiyah Allah SWT berfirman (At-Taubah 71)
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Sebab itulah kita hendak selalu berbuat, berlaku dan berperan sebagai hamba Allah yang baik, berbuat, berlaku dan berperan sebagai hamba Allah yang baik dalam arti luas yang mencakup nilai-nilai rahaniyah dan lahiriyah.
Nilai rohaniyah. Yakni iman dan aqidah serta segala bentuk perbuatan yang bersifat ubudiyah (penghambaan diri kepada maha pencipta)
Nilai lahiriyah. Yaitu segala perbuatan yang berhubungan dengan sesama hamba Allah di dalam kehidupan sehari-hari, di mulai dari lingkup terkecil yakni keluarga, sampai kepada masyarakat,
Alangkah nikmat dan indahnya ajaran islam yang menganjurkan kasih sayang. Berbahagialah kaum muslimin yang senantiasa hidup diliputi suasana kasih sayang
Akhirnya apabila kita berkeyakinan, manakalah seluruh masyarakat telah dihiasi suati iklim yang sehat dalam kehidupan masyarakat dengan landasan penuh kasih sayang dan persaudaraan maka akan terwujud suatu keadaan masyarakat yang aman, damai dan bahagia, lahir maupun bathin dan itu semua dapat diusahakan dengan terlebih dahulu memelihara iman serta meningkatkan taqwa kepada Allah SWT.
Semoga kita semua akan selalu diberikan oleh Allah SWT suatu kekuatan untuk meningkatkan persaudaraan dengan senantiasa menjalin hubungan silaturrahmi di atas segala-galanya
Saudaraku “Tidak ada kemelaratan yang lebih parah dari kebodohan dan tidak ada harta (kekayaan) yang lebih bermanfaat dari kesempurnaan akal. Tidak ada kesendirian yang lebih terisolir dari ujub (rasa angkuh) dan tidak ada tolong-menolong yang lebih kokoh dari musyawarah. Tidak ada kesempurnaan akal melebihi perencanaan (yang baik dan matang) dan tidak ada kedudukan yang lebih tinggi dari akhlak yang luhur. Tidak ada wara` yang lebih baik dari menjaga diri (memelihara harga dan kehormatan diri), dan tidak ada ibadah yang lebih mengesankan dari tafakur (berpikir), serta tidak ada iman yang lebih sempurna dari sifat malu dan sabar." (HR. Ibnu Majah dan Ath-Thabrani)
Pertama. Meninggalkan tali agama Allah dalam arti tidak mau berpegang teguh kepada ajaran dan ketentuan-ketentuan Allah SWT berfirman
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai,”
Dengan demikian salah satu kendala utama yang membuat kaum muslimin berpecah belah adalah karena ada di antara muslim itu sendiri yang tidak mau istiqomah dalam mepertahankan nilai-nilai Akidah nilai-nilai Islam
Kedua, faktor yang menyebabkan rapuhnya persaudaraan adalah adanya perasaan dengki (susah melihat orang senang senang melihat orang susah), kedengkian membuat hati menjadi tertutup dari rasa kasih sayang serta keinginan untuk bersatu. Oleh karena itu kita harus menumbuhkan percaya dengan sesama muslim dan saling menghargai kemajuan dan perjuangan dari seorang muslim dan kita harus berkeyakinan apabila seorang muslim telah berjuang konsekwensuinya ia harus memelihara, memajuhkan, serta tidak menodai perjuangan-perjuangan yang dicapai juga tidak memanfaatkan kepercayaan yang diberikan untuk mendzolimi serta dapat mempertanggung jabwabkannya amanah atau kepercayaan yang diberikan Sehingga kepercayaan dari sesama muslim akan terus terbina. Memang sudah banyak bukti yang tidak menyenangkan hanya karena kedengkian yang begitu melekat di hati. Ber awal dari perasaan dengki itulah timbul suuzhan (buruk sangka) dan dari suudzhan itu mengarah kepada saling caci, lalu terjadilah pertikaian hingga rapulah ukhwah atau persaudaraan
Ketiga, yang menyebabkan rapuhnya ukhwah / persaudaraan adalah suudzhan atau prasangka buruk kepada sesama, dalam hidup ini, harta yang paling berharga adalah husnuzdhan atau prasangka baik atau berpikiran positif. Yaitu cara pandang cara pikir manusia dalam menghayati peristiwa-peristiwa keseharian secara positif warna hidup memang tergantung dari warna kaca mata yang kita pakai. Kalau kita memakai kaca mata hijau, segala sesuatu akan tanpak hijau. Hidup menjadi hijau dan segar. Tetapi kalau kita memakai kaca mata gelap, segala sesuatu akan tanpak gelap. Kacamata yang berparasangka benci akan menjadikan hidup kita penuh rasa curiga dan dendam. Tetapi kacama damai akan menjadikan hidup kita damai. Hidup akan menjadi baik kalau kita menmandangnya dari segi yang baik. Contoh seorang yang berpikiran positif, ketika anak-anak mencuri mangga di kebunnya. Ia tidak akan mengumpat. Malah ia merasa iba. Kasihan, anak-anak itu kurang mendapat pendidikan dan makanan yang cukup di rumahnya. Hakekatnya kalau kita berprasangka baik dan ramah terhadap seseorang maka orang itupun akan menjadi ramah terhadap kita, jika kita memperlakukan anak kita sebagai anak yang cerdas, akhirnya dia betul-betul menjadi cerdas, kalau kita menganggap tetangga kita judes sehingga kita tidak mau bergaul dengannya, maka akhirnya dia betul-betul menjadi judes, ciri orang yang berpikiran positif antara lain mensyukuri apa yang dimilikinya, dan bukannya berkeluh kesah tentang apa-apa yang tidak dipunyainya, karena rasa syukur ini, hidup akan bahagia dan ciri yang lain dari orang yang berpikiran positif adalah melihat masalah sebagai tantangan. Bandingkan dengan orang yang melihat masalah sebagai cobaan hidup nya akan menjadi paling sengsasara se dunia. Dan kalau masalah dianggap sebagai tantangan, maka ia akan tertarik untuk menyelesaikannya dengan tuntas. Dari segala permasalahan dia tidak bikin alasan untuk mengelak, tetapi ia langsung berinisiatif menyelasaikan masalah, dan apabila ia melalkukan kesalahan maka dia tidak berusaha mencari pembenaran atas kesalahan tersebut, tetapi langsung meminta maaf dan melakukan perbaikan. Dan orang yang berpikiran negatif yaitu selalu melihat sesorang dari sisi negatif selalu mencari kesalahan-kesalahn orang lain, maka yang demikian itu akan mengakibatkan keretakan hubungan silaturahmi atau cikal dari keretakan ukhwah islamiyah Allah SWT berfirman (At-Taubah 71)
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Sebab itulah kita hendak selalu berbuat, berlaku dan berperan sebagai hamba Allah yang baik, berbuat, berlaku dan berperan sebagai hamba Allah yang baik dalam arti luas yang mencakup nilai-nilai rahaniyah dan lahiriyah.
Nilai rohaniyah. Yakni iman dan aqidah serta segala bentuk perbuatan yang bersifat ubudiyah (penghambaan diri kepada maha pencipta)
Nilai lahiriyah. Yaitu segala perbuatan yang berhubungan dengan sesama hamba Allah di dalam kehidupan sehari-hari, di mulai dari lingkup terkecil yakni keluarga, sampai kepada masyarakat,
Alangkah nikmat dan indahnya ajaran islam yang menganjurkan kasih sayang. Berbahagialah kaum muslimin yang senantiasa hidup diliputi suasana kasih sayang
Akhirnya apabila kita berkeyakinan, manakalah seluruh masyarakat telah dihiasi suati iklim yang sehat dalam kehidupan masyarakat dengan landasan penuh kasih sayang dan persaudaraan maka akan terwujud suatu keadaan masyarakat yang aman, damai dan bahagia, lahir maupun bathin dan itu semua dapat diusahakan dengan terlebih dahulu memelihara iman serta meningkatkan taqwa kepada Allah SWT.
Semoga kita semua akan selalu diberikan oleh Allah SWT suatu kekuatan untuk meningkatkan persaudaraan dengan senantiasa menjalin hubungan silaturrahmi di atas segala-galanya
Saudaraku “Tidak ada kemelaratan yang lebih parah dari kebodohan dan tidak ada harta (kekayaan) yang lebih bermanfaat dari kesempurnaan akal. Tidak ada kesendirian yang lebih terisolir dari ujub (rasa angkuh) dan tidak ada tolong-menolong yang lebih kokoh dari musyawarah. Tidak ada kesempurnaan akal melebihi perencanaan (yang baik dan matang) dan tidak ada kedudukan yang lebih tinggi dari akhlak yang luhur. Tidak ada wara` yang lebih baik dari menjaga diri (memelihara harga dan kehormatan diri), dan tidak ada ibadah yang lebih mengesankan dari tafakur (berpikir), serta tidak ada iman yang lebih sempurna dari sifat malu dan sabar." (HR. Ibnu Majah dan Ath-Thabrani)